Bahasa dan Kebudayaan Jepang Undip BKJ UNDIP HMJ HIMAWARI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNDIP

Kuliah Umum Budaya: Washoku, Kuliner dalam Tinjauan Ekonomi Politik

Pada hari Sabtu, tanggal 11 Maret 2023, bertempat di Gedung A Ruangan 3.11 Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi S1 Bahasa dan Kebudayaan Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro menyelenggarakan kuliah umum budaya secara luring dengan tema : “Washoku, Kuliner dalam Tinjauan Ekonomi Politik” dengan menghadirkan Dr. Yusida Lusiana, S.S., M.Si., M.Pd dari Universitas Jenderal Soedirman sebagai narasumber. Dr. Yusida Lusiana S.S,, M.Si., M.Pd merupakan lulusan S1 Sastra Jepang Universitas Padjadjaran kemudian melanjutkan S2 nya sebanyak 2 kali dalam Magister Psikologi Universitas Indonesia serta S2 Magister Pendidikan Bahasa Jepang UPI Bandung, dan melanjutkan S3 di bidang Kajian Budaya dan Media Universitas Gadjah Mada. Beliau juga memiliki riwayat penilitian mulai dari Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi sampai Penelitian Disertasi Doktor. 

Bahasa dan Kebudayaan Jepang Undip BKJ UNDIP HMJ HIMAWARI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNDIP

Dalam kuliah umum kali ini, Dr. Yusida menyampaikan tentang urgensi dan peran dari Washoku jika ditinjau dari segi ekonomi politik. Sebelumnya juga dipaparkan terkait apa itu Washoku, serta apa saja komponen atau karakteristik dari Washoku itu sendiri. Yang menarik dari Washoku adalah adanya konsep Omotenashi mulai dari ucapan Itadakimasu dan Gochisousama deshita, penataan hidangan dalam piring dan mangkuk, serta formalitas menyambut tamu. Adanya pula struktur menu一汁三菜 (ichi juu san sai) yang maknanya “satu sup dan tiga hidangan”. Washoku yang kita ketahui adalah masakan Jepang, ternyata tidak hanya berperan sebagai makanan, tetapi juga berperan dalam membawa nama Jepang di kancah internasional. Representasi ekonomi politik Washoku ditunjukkan dengan ditetapkannya Jepang sebagai The World’s #1 Foodie Destination. Alasannya adalah karena Jepang menjadi negara dengan jumlah restoran peraih Michelin Star terbanyak kedua setelah Perancis, adanya 893,345 restoran tersebar di seluruh penjuru Jepang, menjadi negara yang memiliki makanan tersehat nomor satu di dunia. Beberapa hal itulah yang membuat meningkatnya minat internasional terhadap makanan Jepang, alhasil jumlah restoran Jepang di luar negeri juga meningkat. 

Peserta yang mengikuti kelas umum kali ini sangat aktif dan menyimak materi dengan baik sehingga cukup banyak dari beberapa mahasiswa yang menyampaikan pertanyaan di sesi tanya jawab. Salah satu di antaranya adalah pertanyaan dari saudari Wulan dari angkatan 2020 terkait modernisasi dalam Washoku. Dalam sisi diplomasi luar negeri, modernisasi sangat baik dan akan lebih memudahkan untuk mendapatkan makanan. Namun dari sisi pandangan Jepang sebenarnya itu juga menjadi hal yang bagus atau justru menjadi ancaman hilangnya keorisinalitasan dari Washoku. Dr. Yusida memaparkan bahwa dari kacamata masyarakat Jepang sendiri, modernisasi Washoku memiliki dua sisi. Sisi postifinya adalah dengan adanya modernisasi dalam hal ini dikerucutkan berupa adanya makanan instan atau kalengan, akan lebih praktis serta efektif dan efisien. Modernisasi dapat memaksimalkan hasil produksi alam yakni memanjangkan usia makanan supaya tidak terbuang sia-sia, dan mengganti bentuk makanan menjadi lebih praktis tanpa mengubah rasanya. Sementara sisi negatifnya adalah dengan adanya makanan instan atau kalengan tidak dipungkiri akan adanya kandungan pengawet dan mungkin saja tangan teknologi belum tentu bisa menjaga makanan tetap fresh dan alami.  

Ada juga salah satu pertanyaan dari mahasiswa angkatan 2021 yakni dari saudara Grego terkait bagaimana cara Jepang menyebarkan branding ke masyarakatnya sendiri agar suatu saat bisa diadopsi dan diterapkan di Indonesia mengingat makanan khas Indonesia tidak kalah beragam daripada Jepang. Dr. Yushida menjelaskan bahwa dari segi brand nasionalis, Jepang mendaftarkan Washoku ke UNESCO di tahun 2013 dan ditetapkan menjadi Warisan Tak Benda Dunia. Sementara untuk brand ke masyarakatnya adalah dengan diterapkan mata pelajaran Shokuiku yakni pendidikan tentang makanan di tiap-tiap sekolah dasar di Jepang.  Dengan pendidikan yang sudah ditanamkan tadi maka akan timbul rasa syukur di benak orang Jepang. Selain itu juga adanya kesadaran yang muncul dari masyarakat untuk menghargai para petani, serta saling memberikan sosialisasi bahwa alam sudah berbuat banyak kepada mereka sebagai bentuk bagaimana mereka menghargai dan mencintai produk dalam negeri. 

Kuliah umum budaya bersama Dr. Yusida berjalan dengan sangat lancar dan diikuti oleh kurang lebih 115 mahasiswa dosen Prodi S1 Bahasa dan Kebudayaan Jepang. Materi yang disampaikan juga sangat menarik dan menambah wawasan bahwa Washoku tidak hanya serta merta makanan khas Jepang yang dikenal banyak orang, tetapi Jepang juga mempunyai strategi untuk membuat Washoku memiliki eksistensi dalam ranah ekonomi politik Jepang. Baik strategi di dalam negeri seperti pemahaman Shokuiku yang ditanamkan sejak SD sampai dengan strategi ke luar negeri baik melalui komunikasi pemasaran dan pemasaran kehumasan. Semuanya kembali lagi pada satu tujuan yakni untuk meningkatkan ekonomi politik negara Jepang itu sendiri. 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× How can I help you?